Semenjak penemuannya separuh abad sebelumnya, salah satu teka-teki terbesar dalam kimia
adalah fenomena valensi. Adalah misteri besar mengapa atom oksigen
memiliki dua kait valensi dimana terjadi ikatan, dan mengapa karbon
memiliki empat kait. Dengan kata lain, oksigen bersifat divalen
sementara karbon bersifat tetravalen. Lebih jauh, ikatan ini tidak
simetris radial seperti muatan listrik statis ataupun gravitasi namun
tampak terarah pada sudut tertentu di sekitar atom. Dan keberadaan
molekul dasar yang sangat stabil seperti H2 adalah memalukan –
atas dasar apa ada gaya tarik kuat antara dua atom yang sama? Beberapa
ilmuan seperti kimiawan Swiss, Alfred Werner, menggunakan kombinasi
teori struktur organik dan ionik untuk mengembangkan sebuah skema yang
menjelaskan dengan cerdas struktur zat inorganik kompleks yang disebut senyawa koordinasi.
Sementara
itu, yang lain mencoba mencari petunjuk pada penemuan elektron. Pada
awal 1902, atas kerja keras fisikawan Inggris, J.J. Thompson, Werner dan
Ramsay beserta Rayleigh pada gas langka, Lewis secara diam-diam
mempelajarinya dan menggambarkan sebuah skema, yang menunjukkan atom
kubik dengan elektron luar, yang menjadi langkah pertama teori ikatan
kimia elektron. Namun, masih menunggu Rutherford dan Bohr memberikan
perkembangan awal teori inti atom yang segera diadopsi Lewis. Serentak
dan secara independen, fisikawan Jerman Walther Kossel juga mengajukan
teori yang sama. Lewis menyarankan kalau ikatan kimia terdiri dari
pasangan elektron yang terjadi antara atom yang berkombinasi. Dengan
pembagian elektron yang sama (membentuk apa yang disebut kimiawan fisika
Amerika, Irving Langmuir, sebagai ikatan kovalen), tiap atom akan
melengkapi kulit elektron terluar dan mencapai kestabilan. Selubung luar
yang lengkap secara normal, menurut Lewis, terdiri dari delapan
elektron – konfigurasi dari gas langka yang stabil, yang disebut gas
mulia. Inilah aturan oktet, dan ia membantu menjelaskan mengapa
periodisitas Mendeleyev sering terjadi dalam kelipatan delapan.
Teori
valensi elektron Lewis-Kossel-Langmuir (1916–23) masih sangat tidak
lengkap, namun juga sangat membantu perkembangan kimia sehingga
dasar-dasarnya masih bertahan selama berpuluh tahun. Tahun 1922 Bohr
mengajukan konfigurasi elektron dalam apa yang disebutnya kulit K, L, M
dan N. Teori ini dengan cepat dimodifikasi dengan perkembangan mendadak
dalam mekanika kuantum oleh Bohr, fisikawan Jerman Werner Heisenberg,
fisikawan Austria Erwin Schrodinger dan lainnya. Tahun 1927 dua peneliti
Jerman bekerja sama dengan Schrodinger di Zurich, yaitu Fritz London
dan Walter Heitler, menghasilkan penerapan pertama mekanika kuantum pada
sistem kimia, molekul hidrogen.
Ahli kimia fisik
Amerika, Linus Pauling, bersama dengan John Slater, juga dari Amerika,
secara independen mengembangkan pendekatan ini pada apa yang ia sebut
metode ikatan valensi untuk memahami kombinasi kimia. Orbital di
berbagai kulit elektron (diberi huruf s, p, d, dan f) dapat dihibridasi
secara matematik, menghasilkan ikatan terarah yang teramati dalam
senyawa kimia. Pauling juga menggunakan efek resonansi mekanika kuantum,
khususnya untuk memahami senyawa aromatik. Semuanya dirangkum dalam
karyanya, The Nature of the Chemical Bond (1939). Alternatif
metode mekanika kuantum untuk memahami ikatan kimia, yaitu metode
orbital molekul, dikembangkan oleh kimiawan Amerika Robert Mulliken dan
fisikawan Jerman, Friedrich Hund. Walaupun lebih rumit secara matematis,
pendekatan ini segera menggantikan pendekatan Pauling. Dalam berbagai
hal, semenjak Lewis dan Bohr, telah dipahami kalau semua reaksi kimia
dan semua ikatan kimia melibatkan kulit elektron terluar – elektron
valensi – dari atom yang berpartisipasi.
Ahli kimia organik
juga ikut serta memakai gagasan elektron dalam teori mereka. Tahun
1920an, kimiawan Inggris Robert Robinson dan Christopher Ingold –
saingan besar – mengembangkan teori mekanisme reaksi organik elektron
dengan berfokus pada penyusunan ulang pasangan elektron pada arah reaksi
kimia. Bukan hanya hal ini memungkinkan para ahli kimia memahami detail
reaksi dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin, namun juga
memungkinkan prediksi yang sukses terhadap reaktivitas berbagai senyawa
organik dalam beraneka lingkungan kimia. Studi mekanika kuantum lainnya
diterapkan pada zat organik, digabungkan dengan kinetika reaksi, sifat
asam dan basa, dan metode instrumental untuk memahami senyawa, membawa
pada bidang kimia baru yaitu kimia organik fisik.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon di kritisi dan di beri saran yang konstruktif, ane sangat mengapresiasi komentar teman-teman sekalian :)