Sabtu, 02 Juni 2012

Ketika Tengkorak Berbicara



ane rasa ini cerita yang lumayan menarik yang ane dapat dari hasil deskripsi sebuah kaum dalam permainan PK (perangkaum), ada ibrah dibalik kisah ini, walaupun agak sedikit mengada-ada tapi ini cerita bagus :D


check thiss outtt!


~RAJA TENGKORAK~

Tengkorak yang banyak bicara

Alkisah, ada seorang pengembara yang suka banyak bicara. Suatu hari, ia menempuh sebuah perjalanan yang mengharuskannya melewati sebuah hutan. Tiba-tiba terdengar suara orang berbicara. Pengembara kaget dan takut. Dia mencari di mana asal suara itu. Akhirnya di bawah pohon besar, dia menemukan sebuah tengkorak sedang berbicara sendirian. Dengan rasa tidak percaya, pengembara memberanikan diri mendekat dan bertanya.
“Hai tengkorak, bagaimana kamu bisa samp[ai di hutan ini?”
Tengkorak pun menjawab, “Yang membawa aku kesini adalah mulut yang banyak bicara.”
Pada saat pengembara keluar dari hutan, ia sangat gembira dan memberitahu kepada banyak orang bahwa di hutan ia menemukan tengkorak yang bisa berbicara. Tentu saja, tidak ada yang percaya, mereka bilang. “sinting, mana ada tengkorak yang bisa bicara?”
Walaupun tahu tidak ada orang yang mempercayainya, ia terus saja banyak bicara tentang pertemuannya dengan tengkorak kepada setiap orang yang ditemuinya. Berita ini pun terdengar sampai ke istana. Singkat cerita, raja mendengar lalu mengundang pengembara datang ke istana.
Dalam pertemuan dengan raja, pengembara mulai bercerita, “Baginda, hamba bertemu tengkorak yang bisa berbicara, mungkin baginda bisa menanyakan kepada tengkorak itu tentang masa depan kerajaan dan lain sebagainya.”
Karena rasa ingin tahu, raja mengajak para pengawalnya pergi ke hutan untuk bertemu dengan tengkorak itu. Setibanya disana, pengembara dengan percaya diri langsung berkata, ‘Hai tengkorak, bagaimana kamu bisa sampai di hutan ini.”
Raja dan pengawal dengan tidak sabar menunggu jawaban tetapi sampai beberapa kali pengembara bertanya, tengkorak tidak menjawab. Hanya diam membisu. Para pengawal menatap dengan pandangan geli ke arah raja karena jelas raja telah diperdaya oleh si pengembara.
Raja pun dengan marah berbicara kepada pengembara, “Sebenarnya aku tidak percaya omonganmu, kamu kira aku seorang raja yang bodoh, aku kemari justru untuk membongkar kebohonganmu. Dan atas bualanmu itu kamu harus bertanggung jawab dan membayar harganya.”
Raja langsung memrintahkan hukuman penggal kepala dan meletakkan kepala si pengembara berdekatan dengan tengkorak. Setelah raja dan pengawal meninggalkan hutan, tiba-tiba tengkorak bersuara, “hai pengembara bagaimana kamu bias sampai di hutan ini.”
Pengembara pun menjawab, “yang membawa aku ke sini adalah mulut yang banyak bicara.”

Bapak ibu pendengar yang tercinta, seringkali pertengkaran, kesalahpahaman dan permusuhan besar muncul gara-gara omongan yang tidak pada tempatnya. Mereka yang suka mengumbar omongan sering jadi kurang waspada. Sehingga mudah menyinggung, merendahkan atau melecehkan orang lain. Sekilas masalah ini tampak sepele tetapi bisa berakibat fatal. Alangkah baiknya apabila setiap saat kita bisa mengendalikan diri. Tahu kapan dan mengapa harus berbicara, bahkan bias diam adalah sikap yang paling bijak.

6 komentar:

  1. ada yang mengira bicara itu gratis sehingga apapun ia bicarakan. padahal tidak ada yang gratis, termasuk bicara. kalaupun tidak di dunia, kita harus membayar ( mempertanggungjawabkan ) apa yang keluar dari mulut kita di akhirat kelak.

    Terima kasih untuk kisah penuh ibrah ini.
    Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yups gan semuanya pasti dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.
      sama" gan hanya bantu menyebarkan dan saling menigngatkan
      trimakasih gan :)
      salam

      Hapus
  2. Balasan
    1. hehehe makasih gan ^^V
      indahnya berbagi :D

      Hapus
  3. Betul beud fikri. See and analyze what and when to talk, important :)

    BalasHapus

Mohon di kritisi dan di beri saran yang konstruktif, ane sangat mengapresiasi komentar teman-teman sekalian :)